Kisah Shooting Jawara Kidul - PART2



HARI 1
Setelah menempuh shooting tahap perdana di Kasepuhan Ciptagelar, Sukabumi Jawa Barat selama seminggu (21-28 Februari 2015), Tim kreatif Kremov Pictures meneruskan proses produksi tahap kedua di sebuah pulau kecil di Provinsi Banten, yakni Pulau Sangiang. Jika sebelumnya para crew harus mendaki bersusah payah menerjang bebatuan untuk mencapai puncak gunung tertinggi, kali ini para crew harus bersiap berlayar mengarungi lautan dan menerjang ombak besar di selat sunda untuk menginjak sebuah pulau yang kata orang penuh dengan misteri, penuh kemistisan dan binatang buas. Namun tim Kremov seakan teguh terhadap pendirian serta siap mengambil beragam resiko untuk tetap shooting di Pulau ini dengan alasan bahwa pulau Sangiang merupakan salah satu objek wisata Alam di Banten yang perlu di ekspose agar paradigma negative masyarakat mengenai kemistisan tersebut dapat sedikit terubah, bahwa pulau ini tidaklah semistis apa kata orang, Pulau ini begitu cantik menyimpan keindahan alam untuk dinikmati sebagai destinasi objek wisata domestic dan mancanegara. 
Kamis, 12 Maret 2015 merupakan perjalanan pertama sebelum menuju Pulau Sangiang, dihari ini para Crew singgah dan menginap di Villa Green Garden Anyer untuk mempersiapkan segala kebutuhan selama shooting, sesuai tugas dan bidang masing-masing, seperti Transportasi, Konsumsi, Propery, Kesehatan, Peralatan, Genset, Bensin dan sebagainnya yang sekiranya tidak bisa didapatkan di Pulau Sangiang. Kamis malam sebagian para Crew membaca doa bersama, sedangkan sebagian crew lain masih mempersiapkan segala kebutuhan.

HARI 2
Mentari pagi bersinar terang, hari berganti menjadi Jumat, 13 Maret 2015, para crew bersiap mandi dan packing seluruh barang untuk dimuat di kapal motor yang siap membawa ke Pulau Sangiang. 2 buah kapal berukuran besar sudah standby di depan Villa, tim art hanya berharap seluruh property bambu, bilik, kain, dapat terangkut semua ke kapal, karena peraturan kapal tersebut tidak melebihi beban untuk keselamatan. 30 Cast crew yang sudah bersiap sejak subuh hingga pukul 09.30 akhirnya memulai perjalanan, angin yang cukup besar mempengaruhi ombak yang membuat kapal terhempas melaju kencang seperti wahana di dunia fantasi, pimpinan crew lighting jatuh pingsan karena melihat terjangan ombak yang cukup besar, crew lain beberapa menit panik namun kembali tenang saat awak kapal meyakinkan bahwa hal seperti ini sudah biasa terjadi. Perjalanan yang memakan waktu 1,5 Jam mengantarkan para crew ke Dermaga “Tembuyung” dan disambut oleh polisi hutan yang langsung menanyakan perizinan shooting kepada Humas Kremov Pictures, namun proses perizinan tidak dipersulit karena beberapa saat kemudian pihak masyarakat datang ke dermaga dan memberikan informasi bahwa 2minggu yang lalu tim Kremov Pictures datang untuk survey dan langsung menemui masyarakat serta izin resmi kepada ketua RT, Sesepuh, Ketua Pemuda, dengan respon disambut baik oleh masyarakat. Di pulau Sangiang yang secara administrative bagian dari Kabupaten Serang ini terdapat hampir 50 Kepala Keluarga dengan pusat masyarakat di daerah “Sepanjang” yang sekaligus menjadi pusat shooting Jawara Kidul tahap 2, di pulau ini para masyarakat menggunakan tenaga surya dan angin untuk kebutuhan listrik, namun hanya beberapa watt saja, jika kehabisan tenaga listrik para masyarakat menggunakan genset. Kang Uyung merupakan tokoh pemuda yang mengantarkan para crew untuk shooting, Kapal pengangkut barang kemudian langsung beralih ke dermaga “Legon Waru” untuk di bawa ke wilayah Sepanjang, karena jarak antara Dermaga Tembuyung, Legon Waru dan Sepanjang sangat berjauhan, bisa sampai 30 menit jika berjalan kaki antar dermaga. 1 kapal barang yang membawa ke LegonWaru sudahberangkat sedangkan 1 kapal lagi yang kami tumpangi kembali ke Anyer dan siap menjemput kami saat proses shoting selesai. Sedangkan kami para crew masih terdampar di Dermaga Tembuyung yang istirahat sejenak sampai pukul 13.30. beberapa jam istirahat kami langsung shooting di wilayah Dermaga Tembuyung yakni Scene mengekspose keindahan danau di Pulau Sangiang, baik long shoot, medium ataupun close-up, gambar yang kami dapatkan sangat cantik sehingga kamipun berani jika mengatakan bahwa film Jawara Kidul adalah film promosi budaya dan pariwisata yang dikenalkan oleh generasi muda. 
4 Jam kami shooting, jam tangan menunjukkan pukul 17.30, para crew langsung bergegas berjalan kaki menuju wilayah “Sepanjang” disitulah tempat kami menginap dsb, dan ditempat tersebut villa penginapan sudah dipersiapkan masyarakat Pulau Sangiang untuk para crew Kremov Pictures, Sebelum mencapai wilayah Sepanjang yang tidak memiliki dermaga, kami harus melewati wilayah legon waru, dengan rute Tembuyung-Legon Waru-Sepanjang. 30 menit perjalanan dari Dermaga Tembuyung kini tiba di Dermaga Legon Waru, wajah lelah mulai Nampak di kening para crew, keringat bercucuran, rasa haus yang begitu dalam membuat resah tim department umum yang meninggalkan Air minum gelas didalam kapal yang sudah terbawa ke penginapan. Salah satu tim art inisiatif meminta ijin terhadap penduduk untuk memanjat pohon kelapa dan menurunkan puluhan kelapa yang siap diminum airnya. Seperti ikan yang diberi umpan semua kumpul menyerbu meminum air kelapa silih berganti, begitu nikmat air kelapa yang sangat segar menghilangkan dahaga yang beberpa jam lamanya ditahan, setelah istirahat sejenak di Legon Waru, assisten director film, menemui warga pemilik pohon kelapa dan memberikan imbalannya, para crew melanjutkan perjalanan menuju wilayah “Sepanjang”.
Bagaikan kisah di film-film legendaris, puluhan crew diantar warga berjalan kaki dengan membawa beberapa barang ditengah jalan setapak hutan menuju wilayah “Sepanjang” 15 menit kemudian terdengar deburan suara ombak, kami yakin wilayah Sepanjang sudah dekat, hari mulai gelap, kami melewati jalur hutan dengan kondisi yang begitu gelap, hanya menggunakan smartphone yang memberikan sedikit penerangan. Tibalah di villa “Sepanjang” villa ini terbuat dari kayu, kamipun disambut pa RT dan sesepuh, kami bergegas membereskan barang dan bersiap mandi. Taraaaa…. Hanya ada 1 toilet di tempat ini, 30 cast crew harus bergantian dengan puluhan warga untuk mandi, Toilet yang hanya 1 dengan air yang masih didapatkan dengan menimba di sumur, membuat crew semakin bersahabat dengan warga dan melatih kesabaran. Air di wilayah ini terasa payau, maklum air didekat lautan, cuaca di daerah ini terasa panas, berbeda dengan cuaca saat shooting Tahap 1 di ciptagelar yang teramat dingin. Malampun tiba, kami berdiskusi dengan sesepuh, Pa RT, dan para tokoh masyarakat untuk mematuhi beragam peraturan di tempat ini demi keamanan dan keselamatan saat shooting berlangsung. Kami mengakhiri hari pertama di Sangiang dengan diskusi panjang, lalu kami terlelap tidur lelah demi mengumpulkan energy untuk shooting hari selanjutnya.






HARI 3
Sabtu, 14 Maret 2015, kami memulai shooting di tebing lautan, pagi ini kami lakukan secepat mungkin mengingat Tubagus Dian pemeran Prabu harus kembali ke Kota Serang karena mendapati urusan mendadak, para crew mencari beragam cara agar dapat memulangkan TB Dian, yang akhirnya ikut menumpang bersama nelayan yang akan singgah ke Anyer saat sore hari, kami masih melanjutkan shooting view di lautan Sepanjang. Hari mulai gelap, salah satu peraturan di tempat ini adalah saat jam 11.00 sampai jam 13.00 seluruh kegiatan shooting harus dihentikan serta jam 17.30 sampai 19.00, di waktu tersebut kami gunakan untuk istirahat. Makanan yang dibuat oleh team terasa enak walaupun disajikan dengan sederhana, menu makanannya antara lain, nasi, tempe, ikan asin, seblak,mie, baso, dan sebagainya, dari kebersamaan ini terlihat kekeluargaan yang begitu erat seakan kami merasa susah senang bersama, tidak boleh ada satupun yang kelaparan. Terkadang beberapa crew tersenyum rasa sedih dan senang bercampur aduk memiliki tim yang solid, tim yang mau berjuang untuk kesuksesan bersama. 
Kini menginjak pukul 20.00 tim masih memersiapkan adegan malam hari di tepi pantai, setting lokasi dan berbagai property sudah dipersiapkan secantik mungkin, kami siap melakukan adegan gubuk yang terbakar, para warga berbondong-bondong ikut menyaksikan dan mengamankan para crew, kami berjalan menuju pantai melewati hutan yang gelap, terlihat jelas di mata kami Babi hutan mengendus-endus mencari makanan, kelelawar berterbangan, malam begitu suram. Tibalah di tepi pantai, rupanya tim lighting masih berproses mengopersikan genset dan lampu-lampu yang sudah ditata rapih, cukup lama para actor dan extras menunggu untuk mulai shooting yang akhirnya dilaksanakan pukul 22.30. Shooting dimulai adegan tari jaipongan dengan nuansa klasik di pesisir pantai, kemudian adegan gubuk terbakar yang menghabiskan 20 liter bensin dan 5 liter minyak tanah yang seluruhnya sudah tim art persiapkan dari Anyer kamis lalu. Sang director begitu kelaparan sampai menanyakan mie instan atau apapun untuk menambah energy, hanya ada air mineral dalam dus yang terbatas,”ya sudahlah…” ungkapnya tetap semangat, begitupun silih berganti cameramen untuk menyelesaikan shooting adegan malam hari, tak terasa waktu menunjukkan pukul 02.50 kami sudah menginjak hari ke-4 yakni minggu, 15 Maret 2015. Kami mengakhiri shooting adegan malam lalu bersiap mengangkut seluruh barang kembali menuju villa, kelaparan yang kami rasakan saat shooting tadi hilang seketika karena terkalahkan dengan rasa lelah, yang niatnya kami makan-makan sampai villa namun semua rencana batal kamipun tertidur pulas pukul 04.00 WIB, dalam pikiran, belum berakhir kisah kita, masih terdapat 5 adegan yang harus dilakukan saat siang hari.


HARI 4
Minggu, 15 Maret 2015, para crew yang biasanya bangun pukul 05.00 hari ini bangun pukul 07.30, tak apalah itu semua karena kerja keras semalaman bergadang untuk menyelesaikan shooting malam hari. Tim masak sedikit lambat mempersiapkan sarapan karena 2 buah gas yang kami bawa sudah habis, sehingga masakpun harus beralih dengan kayu bakar, para crew merasakan sulitnya masak dengan kayu bakar, cukup lama, masakan pun beraroma khas tradisional. Seluruh tim sedikit molor hari ini, bukan hanya bangun tidur yang telat, atau sarapan yang ngaret, namun listrikpun dari semalam padam, seluruh baterai kamera, laptop dan peralatan lain lowbat, tidak ada cara lain kami harus menyalakan genset, sayang sekali bensinpun habis karena dipakai semalaman, ahhh rasanya kami ingin pulang secepatnya, beberapa tim mencari sedikit bensin ke warga, sampai pukul 12.00 siang kami belum melakukan shooting menunggu genset nyala, waktu shooting tinggal hari ini karena esok pagi kami harus bergegas pulang kembali ke Anyer. Akhirnya para warga membantu, gensetpun menyala dan kami berucap syukur “Alhamdulillah…” sejam mencharge batterai, kami langsung bergegas ke sebuah tempat yang merupakan icon pulau Sangiang yakni “Goa Kelelawar” yaa perjalaan dari Villa Sepanjang sampai Goa Kelelawar memakan waktu 30 menit berjalan kaki, ditengah hutan yang lebat, dan jalanan yang licin kami antusias semakin penasaran dengan Goa Kelelawar. Sesampainya di lokasi yang kami tuju, mata kami terbelalak melihat keindahan sebuah goa yang di tempati Kelelawar konon katanya goa yang berlandaskan lautan ini memiliki ikan Hiu di dalamnya yang dapat ditemui di pagi hari, sayangnya kami datang disiang hari pukul 14.30 WIB, sejenak para crew berfoto ria kami langsung mempersiapkan untuk take shooting 2 adegan yakni silat dan bertapa di goa ini, selanjutnya kami bergegas naik ke bukit tertinggi, yakni shooting di Saung Tungku, pemandangan yang luar biasa, kami dapatkan pula di tempat ini, kami cukup berhasil mendaatkan view-view eksotis di pulau Sangiang walaupun waktu shootng kami di Part kedua ini cukup singkat hanya 5 hari. Pukul 17.00 rintik hujan mendatangi para crew yang bergegas menuju villa. Dimalam hari Film Director bersama tim Humas menemui warga serta sesepuh untuk berpamitan dan mengucapkan terimakasih, di Minggu malam pukul 21.00 para cast dan crew berbagai kisah kesan pesan shooting di Pulau cantik ini, kami menghabiskan malam dengan Tawa Canda, kebersamaan dan kehangatan keluarga yang merupakan ciri khas Kremov Pictures.


HARI 5
Senin, 16 Maret 2015, para crew mulai mempersiapkan barang-barang untuk dibawa pulang kembali ke Anyer, Kapal yang sudah menjemput dan menunggu di Dermaga Tembuyung, para cast dan crew berpamitan dan berfoto bersama dengan seluruh warga di pulau Sangiang, terlihat perpisahan yang sangat mengharukan antara crew dan warga yang sudah cukup akrab. 3 Gerobak membawa barang-barang kami, kami berjalan kaki menuju dermaga legon waru, namun kapal besar yang kami naiki tidak dapat mendarat ke dermaga ini karena perairannya cukup dangkal jadi harus berjalan kaki 30 menit dari legonwaru ke dermaga Tembuyung, ini tak sekedar shooting film tapi juga petualangan yang sangat seru, pengalaman ini menjadikan para crew semakin dewasa dan mengerti arti kehidupan, kami berlayar kembali pulang dari dermaga tembuyung, hati kami merasa sedih saat meninggalkan pulau sangiang, keramahan masyarakat membuat kami kagum, keindahan alamnya membuat kami jatuh cinta, kami diantar oleh sesepuh dan tokoh pemuda sampai dermaga, lautan biru dengan ombak yang berdesir membuat rasa yang bercampur aduk, senang sedih dan sebagainya, Kapal yang kami naiki semakin jauh, Pulau Sangiang terlihat semakin kecil dan hilang dimata kami, namun Pulau Sangiang akan selalu kami simpan dalam kenangan di hati dan menjadi bagian gambar film Jawara Kidul yang nantinya akan disajikan untuk masyarakat Banten dan Indonesia. We love Sangiang Island. Saksikan filmnya, segera tayang Agustus-Desember 2015. (Inf/JK/06)





Tidak ada komentar:

Pages